tempe… makanan rakyat ataukah makanan Impor?

beberapa waktu yang lalu banyak perajin tahu dan tempe melakukan demo dan mogok produksi. hal ini mereka lakukan karena mahalnya harga kedelai impor, sementara itu harga kedelai lokal tak jua naik karena perajin tempe enggan menggunakan kedelai lokal dengan alasan ukuran kecil dan tidak seragam.
jadi pada saat kita menganggap tempe dan tahu sebagai makanan rakyat maka sebenranya kita tengah mempercepat dibukanya keran impor bahan baku pangan.
tak adakah cara yang lebih baik agar kedelai tak lagi impor?
haruskah tempe juga menjadi makanan impor seperti halnya roti?
adakah solusi yang lebih baik?
silahkan berikan komentar dan tanggapan untuk memperoleh solusi yang diharapkan mencerahkan negeri ini

Tentang NHT

Prof. Dr. Ir. Nur Hidayat dosen di TIP FTP UB, sebagai ketua Riset Grup SBistec. Aktif dalam organisasasi profesi APTA, PATPI dan PERMI. Penulis sejumlah Buku Teknologi Pangan dan lingkungan.
Pos ini dipublikasikan di Tak Berkategori dan tag , , , , . Tandai permalink.

149 Balasan ke tempe… makanan rakyat ataukah makanan Impor?

  1. Novita Sari berkata:

    Novita Sari / 115100300111055 / kelas P
    Bagi masyarakat Indonesia, kedelai merupakan makanan rakyat yang berguna dalam memenuhi kebutuhan protein nabati paling menyehatkan dan dikenal murah. Ketika kebutuhan masyarakat akan kedelai meningkat, sedangkan produksi di dalam negeri terbatas, hal ini membuat pemerintah harus melakukan impor kedelai yang berakibat melambungnya harga kedelai dipasar dan pengeluaran devisa semakin tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 di bawah dapat di ketahui bahwa Impor kedele Indonesia rata-rata pertahunnya mencapai 1,2 juta ton per tahunnya atau rata-rata pertahun mencapai 573 juta US dolar. Maka bisa dibayangkan, berapa banyak devisa Negara yang harus dikeluarkan.
    Sebenarnya, beberapa hal yang menghambat produksi kedelai dalam negeri adalah penggunaan pupuk, penggunaan benih, dan ketersediaan lahan. Sistem pengawasan distribusi pupuk hingga ke petani yang tidak maksimal, menyebabkan pupuk menghilang dipasaran serta harga pupuk yang cukup tinggi. Kemudian kondisi benih yang merupakan input dasar produksi pertanian kerap kesulitan untuk ketersediannya. Sebagian besar benih untuk tanaman pangan dikuasai dan didistribusikan oleh perusahaan multinasional. Harga benih yang ada dipasaran yang menjadi tumpuan petani juga mahal.
    Untuk mengatasi perilaku impor kedelai di Indonesia ini, perlu adanya kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada petani. Beberpa kebijakan yang dapat dilakukan adalah, memberlakukan tarif impor yang cukup tinggi, kemudahan prosedur dalam mengakses modal kerja bagi petani dan swasta yang berusaha dalam bidang agribsinis kedelai, manajemen usaha perbenihan serta pengembangan pemasaran benih, penyediaan prasana yang meliputi ketersediaan lahan dan fasilitas irigasi yang memadai, dan memanfaatkan teknologi yang tepat guna. Tentu saja, kebijakan ini tidak akan berjalan dengan lancar dan sulit diterapkan, apabila tidak adanya kerjasama antar semua komponen masyarakat dalam negeri. Baik itu pemerintah, akademisi, dan masyarakatnya sendiri khususnya petani. Perlu adanya program penyuluhan budidaya kedelai yang baik dari pemerintah agar produksi kedelai dalam negeri menghasilkan kedelai berkualitas, serta dukungan dari para akademisi untuk membantu menciptakan teknologi terbarukan untuk menghasilkan benih dan kedelai lokal berkualitas tinggi.
    Referensi : http://atiqtj.files.wordpress.com/2011/05/perkindo-upload.pdf

    • RIZKY AKBAR AMIN/125100301111085/TIP UB/KELAS_S berkata:

      Salah satu penyebab utama mahalnya harga kedelai adalah sulitnya budidaya. Menurut bapak Soeharto, seorang Penyuluh Pertanian di kabupaten Jember, yang membuat kedelai sulit dibudidayakan adalah karena benih kedelai hanya dapat disimpan paling lama 3 bulan. Perlu diketahui bahwa benih kedelai memiliki masa tumbuh yang singkat (>3bulan), apabila disimpan lebih lama dari waktu tersebut benih itu akan kehilangan daya tumbuh dan hanya sekitar 10% dari total benih yang ditanam yang dapat tumbuh. Sementara itu untuk mendapat benih unggul di pasaran relatif sulit dan harganya relatif mahal. Untuk menanggulanginya pemerintah perlu menjaga ketersediaan benih kedelai dan perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana cara memperpanjang masa simpan benih kedelai, baik melalui rekayasa genetik dari tanaman kedelai itu sendiri atau tempat dan metode penyimpanan (Soeharto,2012).

  2. riska novia cahyanti berkata:

    nama: riska novia cahyanti
    nim: 115100300111046

    menurut saya dari segi proses pembibitan kedelai lokal harus di perhatikan oleh pemerintah, selain dengan memperhatikan bibit dapat juga dengan memperluas area yang digunakan untuk penanaman kedelai oleh petani. persilangan antara bibit unggul dengan bibit lokal juga dapat di jadikan sebagai solusi untuk menyamakan ukuran dari kedelai yang akan di hasilkan. Dalam penanaman kedelai menggunakan teknologi yang lebih modern, pemupukan dan pengairan yang baik maka hasilnya akan baik. Pemberdayaan para petani kedelai dari pemerintah tentang cara penanaman yang benar dan mendapatkan bibit yang unggul dapat membantu petani dalam proses penanaman. Sehingga kedelai lokal yang dihasilkan mampu setara dengan mutu atau kualitas kedelai yang saat ini di impor.

  3. Andika Jaya P berkata:

    Andika Jaya P
    125100300111017
    Kelas N

    Tempe dan tahu mungkin hanyalah makanan biasa bahkan bisa disebut makanan sehari-hari. Walau sering disebut ‘makanan rakyat’, namun saya sendiri sangat menyukainya. Karena saya juga rakyat Indonesia yang hanyalah orang biasa dan hidup dengan kesederhanaan. Bagi saya dan rakyat Indonesia lainnya, tempe dan tahu adalah makanan favorit alias khas indonesia karena tiap hari disantap.
    Sebab ingin beli daging atau makanan yang lebih enak harganya mahal. Terus, kalau sekarang harga kedelai naik sehingga mendongkrak harga tempe dan tahu, lalu kami rakyat miskin mau makan apa?
    Menurut tanggapan saya mengenai artikel diatas: Bukan hanya mengerucut dari satu belah pihak saja yang diperhatikan/diberatkan, kita bisa ambil beberapa pihak yang harus saling bekerja sama mengenai permasalahan itu.
    1. Masyarakat : Masyarakat indonesia juga harus mengerti dan harus lebih sadar bahwa sebenarnya makanan lokal adalah makanan yang harus lebih diperhatikan dan didahulukan bukan hanya makanan luar yang menjalar di indonesia. Sehingga dengan sadarnya masyarakat akan makanan lokal seperti halnya yg berbahan baku kedelai secara tidak langsung pemerintah akan mengupayakan untuk meningkatkan produk lokal seperti halnya kedelai untuk menutupi permintaan yang banyak dari masyarakat. Disamping itu akan tumbuh UKM-UKM yang baru dengan berbahan baku lokal yang memperkecil tingkat pengangguran di indonesia, khususnya di pedesaan.
    2. Petani : Petani juga harus tanggap dengan hal ini, para petani dengan susah payah memproduksi kedelai, namun harga kedelai tidak sebanding dengan kerja kerasnya. Bahkan harga kedelai impor lebih mahal dibandingkan kedelai lokal dan perajin tempepun enggan menggunakan kedelai lokal padahal kedelai lokal lebih murah dengan alasan kedelai lokal jelek ( secara kasaranya). Seharusnya petani mengerti dengan hal ini, justru hal ini yang memberatkan mereka, petani seharusnya lebih aktif lagi dengan hal ini, bukan hanya menunggu hal ini terjadi tetapi bagaimana caranya agar hal ini tidak terjadi. Petani harus berkomunikasi kepada pemerintah untuk bagaimana cara pemerintah menanggulangi hal seperti ini. Bantuan dari pemerintah kepada petani akan mempermudah dan meningkatkan mutu kerja para petani lebih baik lagi.

    3. Pemerintah : Pemerintah harus selalu mengawasi dan menjaga bagaimana produk lokal itu harus selalu diperhatikan dari kualitas produk sampai bagaimana menjaga agar produk lokal mampu bersaing dengan produk impor bahkan klo bisa lebih baik. Pemerintah harus mendukung produk lokal dan meningkatkan kualitas produk lokal, dengan cara membatasi produk impor, meningkatkan produk lokal untuk didahulukan. Bila perlu pemerintah juga membentuk tim keilmuan untuk meneliti bagaimana cara yang terbaik untuk meningkatkan kualitas produk lokal untuk segera disosialisasikan kepada para petani.

    Dari ke 3 pihak tersebut harus lebih bekerjasama dan berintegritas untuk membangun produk lokal di Indonesia supaya lebih baik lagi.
    Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan,..
    Trimakasih.

  4. nasrullah Jamaluddin berkata:

    nasrullah jamaluddin
    115101013111001
    kelas C

    melambungnya harga kedelai impor beberapa waktu lalu memang menjadi beban bagi pelaku indrusti tahu dan tempe di indonesia. hal ini diperpara dengan turunnya nilai tukar rupiah teerhadap dollar AS yang semakin membuat harga kedelai meroket. tentunya ini menjadi dilema bagi pemerintah satu sisi apabila menutup keran impor kedelai akan membuat pengusah tahu tempe gulung tikar dan sudah dipastikan jumlah tuna karya akan meningkat pula. di sisi lain bila kran impor dibuka akan membuat petani kedelai merugi karena kalah saing dengan produk impor. pemerintah sudah semestinya turun tangan untuk menyelesaikan persoalan ini agar tidak berlarut – larut. salah satu upaya yang bisa ditempuh menurut hemat saya adalah penguatan di lini pertanian lokal. para petani kedelai diindonesia di subsidi bibit unggul dan pupuk agar mampu menghasilkan produk kedelai yang tidak kalah saing dengan kedelai luar. disamping itu kebijakan pangan pemerintah mutlak diperukan agar regulasi yang ada tidak memberatkan petani. misalnya dengan pembatasan kuota impor dan menstabilkan harga kedelai lokal yang masih labil.

  5. Putu Leonaldy P P 125100307111003 Bioindustri Kelas C berkata:

    Miris memang kalau membahas mengenai tempe,makanan yang sangat tidak asing lagi bagi masyarakat indonesia, Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat vital bagi Indonesia,hampir seluruh produk olahan kedelai dapat dimanfaatkan dan sangat berguna bagi masyarakat Indonesia, ditambah lagi indonesia merupakan negara keempat terpadat di dunia,menurut saya sangatlah WAJAR jika indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai di negaranya,ditambah semakin mundurnya pertanian di indonesia,wajar tindakan yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kedelai adalah dengan cara impor dari negari lain, TETAPI apakah hal itu akan terus menerus dilakukan? Menurut saya pribadi jelas salah,indonesia akan menjadi negara yang ketergantungan dengan negara lain dan itu akan bahaya misalnya contoh saja,kalau terjadi konflik antara indonesia dengan negara pengimpor beras,habislah indonesia tidak dapat mengolah kedelai dengan seutuhnya. Sekedar saran ajaari saya,Indonesia terus tetap impor kedelai selama 2 tahun ini,tetapi dengan catatan harga kedelai dinaikan hingga 50% lewat kebijakan pemerintah sendiri tanpa diketahui masyarakat sehingga mungkin akan terjadi gejolak,jadi kita anggap sementara bahwa tempe adalah makanan mewah,disaat yang bersamaan 50% keuntungan tersebut dialokasikan untuk memperbaikik sektor pertanian khususnya kedelai,tarik petani petani untuk lebih focus dikedelai,kasih fasilitas mereka yang memadai lewat keuntungan 50% tersebut, tetapi fokuskankan di lokasi tingkat provinsi dulu,jadi provinsi A sudah bisa memenuhi kebutuhan kedelainya,dengan begitu aliran impor kedelai tidak usah diberikan di provinsi A,sehingga impor berkurang,setelah itu alokasi 50% di provinsi A dihentikan,lanjtu ke provinsi B,dan seterusnya sampai semua provinsi bisa mengatasi kedelainya sendiri,sehingga Indonesia tidak harus impor kedelai lagi,tetapi startegi ini membutuhkan waktu yang lama,dan banyak hambatannya

  6. Mochamad ulul khilmi berkata:

    MOCHAMAD ULUL KHILMI/ 115100301111045/ BIOINDUSTRI (KELAS C)
    Menurut saya, Untuk mengatasi ketergantungan para perajin tahu dan tempe untuk mengimpor kedelai yang besar, pemerintah seharusnya membuat sebuah kebijakan yang dapat mengoptimalkan produksi kedelai dalam negeri. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah yakni dengan memperluas dan mengkhususkan areal tanam kedelai agar tanaman kedelai tidak campur aduk dengan tanaman lain,apbila tercampur dengan tumbuhan lain maka pertumbuhan tanaman kedelai tidak optimal. kemudian pemerintah harus menyediakan bibit-bibit unggul dan memberi pupuk yang bagus serta memberikan subsidi untuk pembelian alat pertanian yang memadai. Selain itu juga dapat dilakukan penyuluhan dan pengajaran kepada para petani sebagai pengusaha mikro mengenai pentingnya menanam kedelai untuk mengahadapi krisis pangan yang telah terjadi terjadi akhir-akhir ini. Untuk itu pemerintah dan petani kedelai harus bekerja sama dengan baik agar produksi kedelai lokal mengalami kenaikan produksi dan mempunyai kualitas tinggi agar kedelai lokal dapat bersaing dengan kedelai impor. yang mana biasanya kedelai lokal hanya mampu menghasilkan kedelai- kedelai yang berukuran kecil dan kualitasnya jelek, beda halnya dengan kedelai impor,kedelai impor mempunyai ukuran besar,cita rasa tinggi dan kualitasnya bagus. Oleh karena itu pemerintah dan petani harus saling dukung agar kedelai di Indonesia mampu bersaing dengan kedelai impor dan mempunyai kualitas yang bagus.

  7. Adityan Candra berkata:

    Adityan Candra / 115100300111061 / Bioind. C

    Sempat beberapa minggu yg lalu saya baca di kolom berita elektronik, bahwa kebutuhan kedelai untuk lokal bisa terpenuhi andai saja para petani diperkenalkan dengan kedelai rawa yg asalnya dari Kalimantan. Menurut pakar, varietas jenis ini lebih cocok di tanam di Indonesia. Jikalau potensi ini didukung betul oleh pemerintah, sangat dimungkinkan bahwa kebutuhan lokal akan kedelai dapat terpenuhi tanpa impor.

  8. Nama : Erwin Arya Winanto
    NIM : 125100301111017
    Kelas : C

    Menurut saya, yang perlu di perbaiki adalah kualitas kedelai lokal seperti dengan cara menciptakan varietas unggul, memperbaiki sektor pertanian terkhusus di bidang kacang kedelai, menyurvei dari Negara lain tentang pengelolaan dan penanaman keledai yg baik, mendatangkan para ahli dan mesin serta teknologi yg dibutuhkan, sehingga kita tidak perlu mengimpor kedelai dari Negara lain. Apalagi struktur geografis Indonesia sangat mendukung, maka hal itu bukan mustahil untuk dilakukan. Permasalahan kita adalah kurangnya pengetahuan baik dari proses awal penanaman kedelai, perawatan, dan pascapanen serta mesin dan teknologi yg tidak memadai.

  9. siti susanti NIM:115101013111003 KELAS: C berkata:

    NAMA:SITI SUSANTI NIM:115101013111003 KELAS C

    1,7 Juta Ton Kedelai Indonesia Produk Impor.
    Setiap tahunnya Indonesia mengimpor 1,2 hingga 1,7 ton kedelai untuk menutupi kebutuhan kedelai nasional yang sekitar 2-2,5 juta ton. Kondisi ini diklaim pemerintah disebabkan oleh berkurangnya lahan kedelai dari 1,5 juta hektar menjadi hanya sekitar 700 ribu hektar sehingga produksi kedelai nasional tidak mencukupi kebutuhan.
    Di sisi lain Indonesia memiliki lebih dari 4,8 juta Ha lahan terlantar. Dari jumlah tersebut baru sekitar 37 ribu ha yang diberdayakan dan dimanfaatkan. Ini yang menjadi perhatian dari Partai Gerindra. Dalam #6ProgramAksi transformasi bangsa, Partai Gerindra akan mencetak 2 juta hektar lahan untuk meningkatkan produksi pangan nasional termasuk dalam hal ini kedelai. Kita ingin Indonesia dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, berdikari dan berdaulat pangan, sehingga tidak bergantung pada impor yang rentan terjadi fluktuasi harga sehingga terjadi kelangkaan atau krisis pangan.

  10. DALLIYA HADLIROTUL QUDSIYYAH (125100301111059) Bioindustri- kelas C

    menurut saya dan seperti apa yang telah disebutkan diatas , tempe atau tahu adalah makanan pokok yang sangat merakyat. hal ini dikarenakan dengan adanya kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi tempe , dan juga harga tempe yang memang dapat dijangkau oleh semua kalangan , tak hanya itu tempe juga mengandung kadar protein yang sangat tinggi dan juga beberapa zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita seperti kalsium dan karbohidrat. dalam literatur yang saya baca, beberapa ilmuwan bahkan menyebut tempe sebagai makanan kesehatan.maka dari itu sangat wajar apabila permintaan tempe sangat besar.

    mengenai permasalahan impor kedelai, Indonesia mempunyai lahan yang cukup untuk menanam kedelai, jika masalah utama impor kedelai karena petani Indonesia hanya dapat menghasilkan kedelai yang berukuran kecil dan tidak seragam, mungkin kita bisa mengadakan penelitian dan menciptakan bibit kedelai yang berkualitas, berukuran lebih besar dan seragam dengan bantuan rekayasa bioteknologi. jika penemuan untuk kloning domba dolly, dan penemuan-penemuan tentang rekayasa bioteknologi yang lain bisa dilakukan kenapa tidak kita lakuan juga penelitian untuk bibit kedelai berkualitas?
    setelah kita menemukan bibit kedelai berkualitas, kita sosialisasikan kepada seluruh petani tentang tahapan awal penanaman hingga pemanenan sehingga dapat diperoleh kedelai yang diinginkan dan dibutuhkan masyarakat ataupun pengusaha makanan yang berbahan baku kedelai.
    sementara dilakukannya impor, tidak seharusnya hanya melakukan proses impor dan pemasaran kepada pengusaha-pengusaha, kita harus bisa mengetahui apa yang membuat kedelai impor dan kedeli kita berbeda, sehingga kita bisa melakukan perbaikan dalam produksi kedelai kita.

  11. Moch.Ony Fahmy N berkata:

    Moch.Ony Fahmy N/125100307111060/Bioindustri Kelas S
    Dalam dunia usaha terkadang setiap pelaku pemasaran (dalam hal ini penjual ataupun produsen barang) selalu berfikiran masalah bahan itu tidak terlalu penting. yang penting bagi mereka adalah seberapa besar keuntungan yang mereka dapatkan dengan modal yang cukup ringan. Menyikapi hal ini, tentunya sudah sewajarnya bila para pelaku usaha ini melakukan kegiatan yang demikian. Kasus diatas menunjukkan bahwa memang untuk keadaan yang sekarang produktivitas kedelai di Indonesia bisa dikatakan relatif di bawah standar, alhasil sebagian besar pengusaha tempe pun lebih memilih untuk menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tempe.
    Lalu, bagaimana dan apa yang kita perlukan untuk menyikapi hal yang demikian?
    Bagaiman caranya agar kedelai tidak lagi impor?
    Ini adalah pertanyaan yang sederhana yang mungkin masyarakat pun mengetahui jawabannya.
    Banyak cara yang bisa kita ambil salah satunya adalah belajar dari negara penghasil kedelai yang berkualitas, teknologi apa yang mereka gunakan sehingga menghasilkan produk kedelai yang bagus? bila kita lihat dari tingkat efisiensi dan efektifitas ruang dan waktu, untuk mempelajari hal yang demikian tidak membutuhkan waktu yang lama daripada kita secara permanen mengkonsumsi kedelai impor untuk jangka yang panjang. Kitapun beruntung, karena dengan mempelajari hal yang demikian kita bisa melestarikan ilmu tersebut sampai ke tangan produsen selanjutnya, sehingga image kita sebagai negara penghasil makanan asli Indonesia (tempe) tetap kita miliki dengan kualitas yang bagus.
    Langkah yang lainpun bisa kita ambil yaitu berusaha memahamkan kepada para petani lokal agar tetap menggunakan kedelai lokal sebagai bahan baku utama untuk memproduksi tempe yang bagus. Bila mungkin tidak memungkinkan para petani untuk belajar langsung, maka alangkah baiknya kita yang sekarang duduk di bangku perkuliahan berusaha menimba ilmu dan mengetahui teknologi pertanian secara mendalam dan hasilnya kita bisa melakukan pengabdian serta mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa kita pun bisa memiliki kedelai yang berkualitas bila kita mau dan mampu berusaha, memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kita miliki serta selalu bekerja sama dan aktif mengikuti pelatihan-pelatihan pertanian sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan tempe yang dihasilkanpun menjadi murni buatan lokal baik dari bahan pengolahannya sampai produk jadinya. Demikian yang bisa saya sampaikan, mungkin ini menjadi salah satu dari sekian banyak solusi yang dapat membantu menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi terutama tentang kedelai impor.

  12. Septa Dikarina berkata:

    SEPTA DIKARINA WINISUDA/ 125100301111053/ BIOINDUSTRI KELAS C
    tanggapan dan solusi yang dapat saya berikan adalah dar segi pemerintah dan petani. Pemerintah seharusnya membuat kebijakan terhadap tarif bea cukai atas masukknya kedelai impor ke Indonesia. Jika pemerintah menaikkan tarif bea cukai kedelai impor maka harga kedelai lokal pun dapat bersaing sehingga para petani memikirkan ulang untuk memproduksi tahu dan tempe yang terbuat dari kedelai impor tersebut. Selain itu lemahnya produktivitas kedelai lokal tidak didukung oleh industri perbenihan yang kuat, mekanisasi usaha tani berskala besar serta efisien, dan juga lahan khusus kedelai yang luas. Pakar Agronomi UGM Prof. Dr. Didik Indradewa, Dip.Agr.St., menyebutkan krisis kedelai yang kembali menerpa Indonesia saat ini salah satunya dikarenakan kurangnya lahan pertanian. Menurutnya Indonesia setidaknya membutuhkan 2 juta hektar lahan pertanian untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri
    ( http://ugm.ac.id/id/berita/8192 pakar.ugm:.indonesia.krisis.kedelai.karena.lahan.berkurang: diaskes pada 3 Oktober 2013.09:40 PM)
    Jika Indonesia terus menerus mengimpor kedelai hal ini akan menyebabkan berkurangnya jumlah petani kedelai yang ada di indonesia, dan petani akan beralih untuk menjadi petani tanaman lain atau bahkan lebih parah menjadi pengangguran. Seharusnya petani tetap menanam kedelai lagi dengan adanya perubahan yang mendasar salah satunya menemukan varietas kedelai baru dan metode budidaya baru mengingat sempitnya lahan untuk menanam kedelai. Tentunya petani harus bekerja sama dangan pemerintah serta peneliti kedelai.

  13. sriutami.iksan berkata:

    Sriutami iksan 115101007111006 kelas c
    Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 14, No. 1, April 2009: 97-128Pengaruh Jenis Kacang Tolo, Proses Pembuatan dan Jenis Inokulum terhadap
    Perubahan Zat-Zat Gizi pada Fermentasi Tempe Kacang Tolo (Nani
    Ratnaningsih, dkk)
    Tempe adalah makanan tradisional Indonesia yang dibuat melalui proses fermentasi dengan menumbuhkan jamur Rhizopus sp. pada kedelai yang telah dikuliti dan dimasak. Tempe merupakan sumber protein nabati, vitamin, mineral dan asam amino essensial yang memang sudah ada dalam kedelai sebagai bahan pokoknya. Berbagai macam kandungan dalam tempe
    mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif. Selama ini masyarakat Indonesia sangat menyukai tempe yang berbahan baku kacang kedelai.
    Kita ketahui bersama bahwa penyebab tempe mahal adalah kelangkaan kedelai sebagai bahan baku tempe. Ribuan pengrajin tahu-tempe terancam bangkrut, dan akan mogok berproduksi serta berunjuk rasa di mana-mana. Adalah hal yang sungguh memprihatinkan di negeri yang mengaku asal tempe tetapi bahan bakunya adalah kedelai yang diimpor dari Amerika Serikat.
    Sebaiknya petani indonesia lebih mengembangkan produksi akan kledelai agar sama seperti kedelai produksi luar negri , hal tersebut kita tujukan agar harga bahan baku kedelai tidak meloncat tinggi. Untuk itu pemerintah dan petani kedelai harus bekerja sama dengan baik agar produksi kedelai lokal mengalami kenaikan produksi dan mempunyai kualitas tinggi agar kedelai lokal dapat bersaing dengan kedelai impor.
    Niat baik untuk memberdayakan petani pangan ini perlu dukungan dari berbagai pihak dan para pengambil kebijakan agar program ini dapat menjadi program nyata khususnya untuk menangani masalah kedelai nasional seperti yang terjadi saat ini.

    sumber : http://www.solopos.com/2013/09/07/gagasan-menuju-tempe-kedelai-dhewe-445166

  14. WIDI AYU SIGMA PRATIWI 115100300111070 KELAS S berkata:

    WID AYU SIGMA PRATIWI
    115100300111070
    KELAS S

    Kedelai impor dengan kualitas yang sangat berbeda dengan kedelai lokal Indonesia membuat para pengrajin tahu tempe enggan menggunakan kedelai lokal. Namun dengan kondisi yang sekarang ini mengharuskan mereka untuk menggunakan kedelai lokal. Sebenarnya kita harus mampu menanam kedelai sendiri dengan kualitas impor. Dengan cara menciptakan kondisi tanah, udara, suhu, kelembaban yang sama dengan kondisi di luar negeri.

  15. ullivia fatasya berkata:

    Seharusnya makanan rakyat seperti halnya tahu dan tempe tidak lagi menggunakan bahan baku dari luar. Tahu dan tempe sudah dikenal sebagai makanan rakyat Indonesia yang tidak boleh diakui milik negara lain. Jika saja bahan baku yang digunakan unuk membuat makanan ini haruslah import dari negara lain, apakah tidak mungkin jika nantinya negara lain juga akan meniru proses pembuatannya? Karena itu mulai dari sekarang, seharusnya para pengrajin temepe tidak perlu lagi mengimpor bahan baku kedelai dari luar. Para petani bisa menmanfaatkan teknologi apapun yang ada untuk membuat kedelai memiliki kualitas yang lebih baik daripada yang sekarang ini, bahkan lebih baik dari kualitas kdelai import yang saat ini sedang dilakukan para pengrajin tempe. Dengan rekayasa genetik misalnya, dapat dilakukan penelitian untuk menjadikan kedeai memiliki kualitas yang lebih baik dan dengan ukuran yang lebih besar.

  16. iman nur zaman NIM: 115101001111008 KLS C berkata:

    Miris memang medengar berita harga tempe tahu melambung tinggi, menu makan yang ada sehari-hari sekaran mulai berkurang untuk mengkonsumsinya karna naiknya harga kedelai import. Indonesia selalu membanga–bangakan Negara yang berada pada garis katulistiwa, bahkan ada kata-kata lempar batu ditanahnya tumbuh bermacam-macam tanaman. Tapi pada akhirnya itu semua hanyalah kata-kata kiasan yang masih perlu dipertanyakan lagi karna Indonesia sendiri hanya bisa menggimport bahan-bahan makanan dari luar seperti kedelai. Selepas dari yang diatas kita sebagai masyarakat Indonesia haruslah saling berintropeksi diri, SDM Indonesia masih ketingalan jauh dari Negara-negara lain, teknologi serta pendidikan, mengakibatkan Indonesia masi tergantung pada Negara lain. Solusi dari permasalahan ini yaitu sosialisasi untuk petani kedelai serta dukungan teknologi canggih, memberikan tempat yang khusus untuk kedelai local dan pebaikan pertanian bahan panggan .

  17. Rizky Amalia Rosyadi berkata:

    Rizky Amalia Rosyadi / 125100300111052 / kelas C

    Seperti yang telah dijelaskan diatas. tempe dan tahu sudah ada sejak dahulu kala, Bukan lagi menjadi manakan yang asing bagi rakyat Indonesia. Bahkan merupakan salah satu makanan khas Indonesia, khususnya masyarakat menengah ke bawah
    Melihat keadaan tertentu tentu sangatlah miris, makanan yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah hasil dari impor. Itu sama aja memperkaya negara importir dan mempermiskin rakyat Indonesia sendiri.
    Sebenarnya masyarakat Indonesia sendiri mampu memproduksi kedelai yang kualitasnya tak kalah dengan kedelai import. Hanya saja harus ada beberapa hal yang harus dibenahi. misal dari petaninya sendiri harus lebih memperhatikan bebrapa hal dalam penanaman, mulai dari benih, perawatan, cara tanam, sehingga menghasilkan kedelai yg berkualitas. Selain itu pemerintah juga harus berperan aktif memeberikan sosialisasi kepada para petani, karena seperti kita ketahui masyarakat Indonesia masih memiliki SDM yang kurang, apalagi teknologinya masih kalah dengan negara lain. Sebenarnya kedelai lokal pun mampu memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia, oleh sebab itu harusnya pemerintah mulai menghentikan impor kedelai dan bekerja sama dengan para petani sehingga dapat mengangkat perekonomian para petani kedelai..

  18. Edvin Gama P berkata:

    Edvin Gama P/115100300111039/kelas C

    Diharapkan supaya pemerintah lebih memberikan dukungan kepada masyarakat dengan memberikan sarana dan prasarana yang optimal guna menyelesaikan masalah yang terjadi. Seperti memberikan subsidi pupuk atau obat-obatan yang digunakan sebagai syarat bercocok tanam tanaman kedelai. Dan juga menyediakan tempat atau memberikan penyewaan tanah murah bagi bakal calon petani-petani kedelai. Sehingga dapat merangsang tumbuhnya pertanian pada sektor tanaman kedelai sebagai bahan baku makanan khas bangsa yakni tempe dan tahu.
    Dan apabila telah berjalan dengan baik, tak lupa juga penyelesaian tersebut didukung dengan adanya pelatihan-peatihan dasar untuk pengolahan kedelai sehingga diharapkan tidak menimbulkan masalah yang berkelanjutan.

    Terima kasih ,

  19. Sejalan dengan pemikiran postingan ini, sungguh tak mengherankan bahwa kebijakan yang sering sekali dicanangkan oleh pemerintah adalah bagaimana mengimpor bahan pangan untuk menutupi kekurangan dalam negeri. Sebetulnya solusi terbaik adalah bagaimana pemerintah dapat menemukan ataupun mengarahkan bibit-bibit unggul yang ada seperti halnya mahasiswa yang berprestasi untuk dapat memikirkan atau mencarikan solusi berupa varietas terbaik dan memiliki mutu kedelai yang baik untuk dapat dikembangkan di Indonesia. Sehingga nantinya keluaran yang diharapkan adalah prestasi anak Indonesia yang mendunia, kualitas produk yang baik dan produksi makanan rakyat kita seperti tempe yang bisa makin bersaing dengan makanan internasional lain serta membantu ekonomi nasional yang tumbuh dari dalam kebijakan dalam negerinya bukan karena kebijakan luar negerinya. Karena negeri kita tidak butuh lagi pujian luar negeri yang berlebih tapi Anak Indonesia yang dapat memuji negerinya sendiri dan membangun Negaranya!

  20. Muhamad Isyroqi/115100300111009/Kelas C berkata:

    Dengan semakin melambungnya harga kedelai di pasaran, seharusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menjadi solusi untuk memecahkan masalah ini. Langkah awal pemerintah yaitu mencatat kebutuhan kedelai dalam negeri. Sehingga jika kebutuhan kedelai meningkat maka pemerintah bisa menyediakan sesuai jumlahnya. Untuk jangka menegah, pemerintah juga harus mengambil kebijakan untuk mengurangi impor kedelai. Hal ini dilakukan agar petani lokal bisa lebih berkembang untuk menghasilkan kedelai yang unggul. Disamping itu, ketersediaan kedelai di pasaran dapat dikendalikan sehingga harganya tidak mahal.

  21. Melihat fenomena impor kedelai yang belum menemukan solusi terbaik, disini saya akan sedikit berpendapat tentang beberapa cara untuk mengatasi permasalahan tersebut :
    1. terdapat beberapa jenis tempe yang ada di indonesia, selain tempe dari kedelai terdapat pula tempe yang terbuat dari kacang-kacangan jenis lain, seperti kacang gude misalnya. mengapa tidak kita mensubtitusi kedelai dengan kacang-kacangan lain? bila masyrakat masih menginginkan kedelai karena rasa yang dimiliki, perlu sebuah penyadaran bahwa kacang-kacangan lain memiliki rasa yang relatif sama dengan kedelai bahkan memiliki kandungan gizi yang lebih dari kedelai. ketidaktauan masyarakat mengenai bahan subtitusi pembuat tempe adalah suatu hal yang menjadi penghalang adalanya pangan fungsional kacang-kacangan.
    2. perlu adanya pembibitan dari pihak-pihak terkait. impor kedelai yang dilakukan dari beberapa negara, harusnya menjadikan pelajaran bagi masyarakat bahwa perlu adanya perbaikan kualitas produksi di negeri ini. mulai dari pembibitan, kita bisa melakukan beberapa hal seperti menggunakan bibit dari luar negeri seperti yang dilakuakn “Mitra Tani 27” di Jember yang memproduksi edamame dan emndatangkan bibit dari jepang dan semua proses penanaman nya dilakukan di Indonesia. dari situasi tersebut, hal yang dilakukan mitra tani 27 tentu adalah sebuah percontohan yang wajib ditiru oleh pihak-pihak lainnya demi produksi kedelai yang lebih baik.

    selebihnya, untuk mengurangi jumlah kedelai impor, masyarakat harus membiasakan diri dengan mengkonsumsi bahan subtitusi kedelai untuk pembuatan tempe dan tahu sementara proses pembibitan dan penanaman bibit unggul harus terus dilakuakn.

  22. Ayu Yuni Afifah berkata:

    Ayu Yuni Afifah / 115100701111007 / Kelas C

    Salah satu penyebab terjadinya krisis kedelai yang dialami Indonesia adalah berkurangnya lahan pertanian. Saat ini banyak lahan bpertanian telah beralih fungsi menjadi perkantoran, mall, perumahan, lahan perkebunan, dll. Karena demikian, sebenarnya jangan heran kalau Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan masih sangat tergantung pada impor. Alasan lain mengapa kedelai “langka” adalah karena petani enggan menanam kedelai karena produktivitasnya rendah dan masih kalah bersaing dengan kedelai impor.

    Nah, saat ini Indonesia termasuk negara yang terancam krisis pangan. Salah satu indikatornya adalah ketergantungan Indonesia yang besar terhadap impor sejumlah komoditas pangan utama. Saat ini, persentase impor kedelai mencapai sekitar 70%. Tentunya, problem pangan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintah. Sebaiknya pemerintah benar-benar menciptakan suatu kebijakan yang terintegrasi, tidak hanya dari sisi pertanian, namun juga ke sisi-sisi lain, seperti perekonomian, pendidikan, sosial, dan semuanya karena menurut saya percuma kalau saat ini pemerintah saling tuding dan saling menyalahkan satu sama lain pada setiap krisis pangan, karena memang kebijakan yang dibuat itu tidak terintegrasi dengan baik.
    Seharusnya potensi pertanian Indonesia jika ditinjau dari luas dan kesuburan lahan termasuk yang terbaik di dunia. Namun kenyataannya, saat ini Indonesia justru jatuh sebagai pengimpor produk pangan.

    Menurut saya, ada beberapa solusi yang perlu dipertimbangkan :
    1. benahi kebijakan pemerintah, buat kebijakan yang terintegrasi dan pro-rakyat
    2. dukung dan kembangkan hasil penelitian karena Indonesia adalah negara yang cukup mengabaikan hasil penelitian
    3. lakukan penyluhan terhadap petani dan berikan dukungan, baik secara finansial maupun moral

    untuk solusi jangka pendek, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi krisis kedelai, yaitu dengan menggantikan kedelai dengan bahan lain. Misalnya, di Yogyakarta perajin tempe kedelai mengganti kedelai dengan kacang komak. Disinilah peran penelitian yang harus dimanfaatkan. Meskipun Indonesia sedang menghadapi krisis kedelai setidaknya jangan sampai industri “perkedelaian” mati.

  23. DITA MASITHA SORAYA berkata:

    DITA MASITHA SORAYA 125100301111055 KELAS C

    Menurut saya, pemerintah harus melakukan hal yang sama seperti pada produksi beras yang dulunya kita sebagai pengimpor beras, sekarang kita menjadi salah satu penghasil beras terbesar di dunia, caranya dengan melakukan kerjasama dengan departemen pertanian, petani serta para peniliti untuk mencari bibit unggul kedelai yang kualitasnya sama ataupun melebihi kedelai impor yang nantinya menghasilkan ukuran biji kedelai yang sama melalui swasembada kedelai. Dari pihak pemerintah harusnya bisa melakukan cara penyilangan bibit kedelai impor dengan kedelai lokal untuk menghasilkan bibit kedelai yang berkualitas. Sehingga kita tidak berketergantungan dengan kedelai Impor.

  24. dalam mengatasi kelangkaan kedelai pemerintah harus lebih mengawasi peredaran dari kedelai tersebut melalui bulog,, tetapi peran bulog yang terlihat saat ini hanya mengawasi peredaran dari beras untuk komuditas lain seperti kedelai hanya di pandang semata dan hanya mengandalkan impor dari luar negri. disamping itu petani kedelai harus di perhatikan untuk masalah bibit unggul dan cara memasarkan kedelainya di tangan yang tepat dan harga yang tepat. kareana kedelai lokal posisinya saat ini kalah dengan kedelai impor yang lebih berkualitas.

  25. Yazid F. Rohman 125100300111006 berkata:

    Tempe dan Tahu merupakan sumber protein dan makanan sehat bagi masyarakat kalangan menengah kebawah. Seandainya Tempe dan Tahu menjadi sulit dijangkau oleh masyarakat karena harga bahan bakunya yang mahal ataupun dihentikan produksinya, dampaknya bagi masyarakat akan sangat besar. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah menurunnunya tingkat gizi masyarakat, roda perekonomian terhambat karena berhentinya beberapa usaha, dan Pemerintah harus menyediakan fasilitas lebih untuk menanggulangi masalah kesehatan dan ekonomi yang ditimbulkan. Maka dari itu usaha produksi tempe dan tahu tidak boleh berhenti.

    Masalah bahan baku impor yang sekarang harganya mahal dapat ditanggulangi dengan menggunakan kedelai lokal. Untuk tahu sebenarnya tidak ada masalah karena kualitas tahu dari kedelai lokal tidak kalah dengan kedelai impor, sedangkan untuk tempe, kebanyakan pengraajin mengeluhkan ukuran yang terlalu kecil dan perbedaan ukuran di kedelainya. Kalau Pemerintah memberikan kebijakan bahwa produk tempe harus menggunakan kedelai lokal maka masyarakat lama kelamaan akan terbiasa dengan tempe kedelai lokal, toh rasa dan gizinya tidak jauh beda dengan tempe kedelai impor.

    Sebenarnya untuk memproduksi kedelai dengan kualitas impor tidak terlalu sulit. sudah banyak riset yang dilakukan oleh peneliti dan mahasiswa. Ada salah satu hasil riset varietas kedelai Tanggamus yang produktif di lahan pasang surut. Namun, di lahan itu, penanamannya lebih diutamakan untuk padi,” kata Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Witjaksono. Namun hasil riset tersebut banyak yang diabaikan dan tidak ditindak lanjuti. Apabila hasil penelitian ini di gunakan maka pasti hasil kedelai lokal pasti bisa ditunjang.

  26. Lindah Rahayu Wijayanti / 115100301111039 / Bioindustri kls P berkata:

    Produksi kedelai dalam negeri secara tidak langsung disubsidi oleh pemerintah melalui subsidi pupuk dan obat-obatan. Situasi ini menimbulkan persoalan bagi kebijaksanaan nasional, karena biaya produksi kedelai di Indonesia lebih tinggi daripada harganya di pasaran internasional. Hal ini berhubungan dengan kelangsungan ekonomi program subsidi pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Namun penting pula dilakukan perlindungan terhadap produksi kedelai, karena banyak industri kecil pedesaan secara langsung bergantung kepada produksi kedelai setempat. Peningkatan produksi diperlukan agar biaya ekonomi program pemerintah tidak menjadi beban yang terlalu berat bagi ekonomi nasional. Dianjurkan agar kelangsungan ekonomi dan finansial kebijaksanaan produksi kedelai di Indonesia ditinjau dengan menggunakan cara-cara seperti analisa biaya sumberdaya domestik dan biaya komparatif untuk menentukan kebijaksanaan yang optimal. Untuk meningkatkan produksi kedelai, pemerintah Indonesia berusaha keras memuliakan dan menyebarkan varietas unggul, memperbesar luas tanam, mengintensifkan usaha tani, dan memperbaiki sistem penanaman.
    Selain melakukan impor kedelai, untuk memenuhi permintaan di dalam negeri, pemerintah juga terus mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal ini tentunya untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor, karena dengan meningkatnya produksi kedelai dalam negeri dapat digunakan sebagai impor substitution (pengganti kedelai impor) dalam industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku produksi. Kebijakan penggunaan tarif impor kedelai dapat dipakai sebagai alternatif untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Dengan tingkat tarif bea masuk tertentu akan dapat dibentuk tingkat harga yang tidak akan menyaingi harga kedelai lokal. Strategi ini sejalan dengan era tarifikasi yang dikehendaki dalam globalisasi perdagangan untuk menggantikan segala bentuk kebijakan non tarif. Selama ini pemerintah menerapkan kebijaksanaan pengaturan tata niaga untuk melindungi produsen dalam negeri. Selain itu, BULOG diserahi tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut dengan dukungan penuh.

  27. Reny Nurul Utami berkata:

    sepakat dengan postingan ini :).. menurut informasi yang pernah saya dapat, kalau dari segi kualitas, kedelai lokal tidak kalah sebenarnya dengan kualitas impor, namun mungkin problemnya ada di petani, kebijakan pemerintah dan kemampuan teknologi kita bangsa Indonesia.
    Dari sisi petani, mungki petani masih belum paham bagaimana cara bercocok tanam kedelai yang baik, sehingga hasil panen kurang optimal. Atau kerja keras mereka kurang
    di apresiasi (dibeli murah sekali) sehingga mereka enggan untuk menanam kedelai. Dan ada satu hal lagi, orang awam biasanya susah untuk diajak maju, salah satunya dengan cara tanam yang baik namun jauh berbeda dengan yang biasa mereka lakukan. Mindset mereka perlu diluruskan dan penyuluhan + praktik merupakan amunisi penting untuk merubah pandangan mereka.
    Kemudian dari sisi pemerintah, hubungannya dengan kebijakan membeli hasil panen petani dengan harga yang layak. Apresiasi besar untuk produsen kedelai di negeri ini.
    Nah, dan ini yang masih belum bisa terjangkau oleh kita, teknologi yang memadai. Sangat penting dengan memanfaatkan rekayasa genetika, karena dapat memperbaiki kondisi budidaya kedelai di Indonesia.
    Kita mungkin saja melakukan rekayasa genetika, namun kita belum punya sarana lengkap untuk itu. Biasanya untuk benih-benih hasil rekayasa genetika, masih di monopoli luar negeri sehingga kita masih impor untuk benih unggul..

    inilah sebenarnya tugas kita mahasiswa TP untuk menjadikan negeri ini lebih mandiri 🙂

    Reny Nurul Utami / 115100301111037/ Bioind P

  28. zoelmahmud berkata:

    soal: Tempe…makanan rakyat ataukah makanan impor?
    jawaban: setahu saya tempe adalah makanan asli rakyat Indonesia yang berbahan baku dasar dari kedelai yang juga berasal dari indonesia. Seiring dengan dengan semakin banyaknya pengerajin tempe di Indonesia, hal ini menuntut tersedianya bahan baku kedelai untuk semua pengerajin. Belum lagi pengerajin tahu, kecap dan lain2 yang juga membutuhkan kedelai. oleh sebab itu demi rakyat Indonesia yang gila tempe, pemerintah mengimpor kedelai untuk keberlangsungan produksi.
    soal: Tak adakah cara yang lebih baik agar kedelai tak lagi impor?
    Jawaban: Ada. Dengan cara merubah pola pikir pengerajin tempe Indonesia yang menganggap bahwa kedelai Indonesia bukan bahan baku standar membuat tempe. Perlu dilihat dari sejarahnya bahwa tempe adalah makanan asli indonesia dan berbahan baku dari indonesia bukan dari luar negeri. Oleh sebab itu, menurut saya bukan tempe makanan rakyat kalau bahannya dari luar negeri. Mungkin namanya kedelai fermentasi asli dari luar negeri. Maka dari itu perlu dilakukan penciptaan sejarah baru dari makanan tempe khas Indonesia dengan membuat tempe dari alternatif bahan baku yang lain. maka dari itu dengan seiring berjalannya waktu, dapat dijadikan pengalihan kebutuhan bahan yang tidak mengharuskan impor kedelai.
    Soal: Haruskah tempe juga menjadi makanan impor seperti halnya roti? Adakah solusi yang lebih baik?
    Jawaban: Jangan sampai. Kita harus tetap mempertahankan makanan khas indonesia!! jangan lagi ada klaim2 tidak langsung dari negara luar hanya karena mereka bisa memproduksi tempe lebih nanyak dari kita. Ingat!!! Tempe Harga Mati……!

    MOHAMMAD FAIZUL MUTTAQIN – 115100300111015 – S

  29. Edu Bima Wisnu Wardana S berkata:

    Edu BIma Wisnu Wardana S
    115100300111051
    Bioindustri Kelas C

    Menurut saya, untuk mencegah terjadinya haraga kedelai yang melambung dan langkannya kedelai di masyarakat, pemerintah harus berperan aktif untuk mengatasi hal ini. Salah satu solusi yang patut dicoba adalah membuat sebuah lembaga khusus khusus yang menangani ketersediaan kedelai di masyarakat. Contoh nyata lembaga yang ada adalah bulog. Apabila beras dipasaran harganya meningkat, pemerintah bisa menyalurkan beras yang da untuk mengatasi lonjakan harga. Hal ini juga bisa dilakukan pada kedelai jika kita mempunyai lembaga khusus kedelai seperti beras.

  30. Rizal Mahfuddin berkata:

    Rizal Mahfuddin
    115100300111001 kelas S
    Assalammu’alaikum WR.WB
    tempe adalah makanan asli indonesia. dimana bahan bakunya adalah kedelai. indonesia sendiri merupakan sebuah negara agraris yang mana berbagai jenis sayuran maupun buah – buahan dapat tumbuh subur di sini. Bahkan “batang kayu” yang di tancapkan saja dapat tumbuh. (ex : singkong). nah yang menjadi persoalan saat ini adalah masalah kedelai impor. hal ini berarti pasokan kedelai lokal tidak mencukupi untuk kebutuhan negara indonesia sendiri yang menjadikan negara kita mengimpor kedelai. dan otomatis proses produksi tempe pun juga mengalami kendala karena biaya dari kedelai impor lebih mahal dibandingkan kedelai lokal. dan hal inilah yang mengakibatkan produsen tempe mogok melakukan proses produksi. dari uraian di atas, solusi yang saya tawarkan adalah langsung ke pihak pemerintah. pemerintah seharusnya turun tangan langsung dalam mengahadapi persoalan ini. Pemerintah seharusnya membuat sebuah perkumpulan usaha tani se indonesia dimana usaha tersebut merupakan usaha yang langsung di kelolah oleh pemerintah dengan memperkerjakan petani – petani di indonesia. Dlam masalah ini adalah kedelai, otomatis petani – petani yang di kerahkan adalah petani kedelai, dan memungkinkan juga petani petani lain atau orang – orang membutuhkan pekerjaan. Langkahnya adalah pemerintah menyediakan lahan yang memang di khusus kan untuk usaha tersebut, dan lahan tersebut tersebar di pulau – pulau indonesia. Modalnya juga dari pemerintah, upah untuk petani juga dari pemerintah. Dengan begini keuntunganny tidak hanya dari produksi kedelai yang melimpah, tetapi kesejahteraan orang – orang pekerjanya juga. Dan juga negara kita tidak menggantungkan produksi kedelai dari petani – petani mandiri ( petani yang memilki sawah / lahan sendiri), tapi dari usaha negara indonesia sendiri yang di kelolah oleh pihak pemerintah.

  31. ikhda nurmila wardhani berkata:

    Ikhda Nurmila Wardhani / 125100301111063 / Bioindustri kelas C

    Menurut saya, tempe tetap merupakan makanan asli dari Indonesia. Mungkin untuk beberapa waktu, pengusaha tetap menggunakan kedelai impor untuk membuat tempe atau tahu dikarenakan di Indonesia sendiri kesulitan dalam mencari bahan baku kedelai. Untuk pembuatan tahu, saya kira tidak dengan menggunakan kedelai yang berukuran sama pun tidak apa-apa, namun tetap memiliki cita rasa yang baik. Sedangkan untuk tempe, bagaimana cara pengusaha tersebut mengolah tempe itu sendiri menjadi lebih baik dalam hal rasa dan penampilannya jika menggunakan kedelai asli dari Indonesia. Sebenarnya, untuk mengatasi masalah tersebut, tergantung dari petani, pengusaha, dan usaha dari pihak pemerintah. Indonesia perlu meningkatkan produksi kedelai dalam negeri, dengan cara mencari bibit unggul kedelai itu sendiri. Kemudian memberi penyuluhan terhadap petani untuk menanam kedelai dengan cara yang baik dan benar. Serta bagaimana intesifikasi dan ekstrafikasi dari budi daya kedelai tersebut. Selain itu, perlu juga mendorong para pengusaha tersebut untuk menggunakan kedelai dalam negeri. Pihak pemerintah untuk membantu para pengusaha dan petani sangat penting, sehingga pihak-pihak tersebut akan lebih percaya diri dengan kedelai asli Indonesia dan tidak lagi menggunakan kedelai impor. Pemerintah mungkin dapat menggunakan berbagai cara untuk membantu memperbaiki pertanian dengan mengirim pakar bidang pertanian untuk membantu para petani. Atau untuk bidang pendidikan, mungkin dapat memberikan bantuan dari beberapa mahasiswa yang dimiliki untuk membantu petani dan pengusaha menyelesaikan masalah sesuai dengan ilmu yang telah diberikan di tempat pendidikannya. Dengan begini, masalah seperti ini mungkin dapat diatasi dengan baik sehingga membawa dampak yang baik bagi semua pihak untuk kedepannya. Terimakasih.

  32. Desy Himmatul Izze berkata:

    Desy Himmatul Izze \ 115101013111002 \ S.
    “Akibat harga kedelai naik dampaknya pengusaha ikut menjerit dan pembeli juga pada protes,”
    Pemerintah Indonesia juga harus berani mengambil sikap. Indonesia tidak boleh tergantung dengan impor. Pemerintah harus memiliki desain kebijakan pertanian dengan tujuan mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri.
    “Masa kita daerah agraris kedelai harus impor terus . Kalau dinilai negara luar jelas memalukan,”

    -> Membuat grand design kebijakan pertanian khusus tanaman (Pembibitan ) kedelai, pemerintah juga harus melibatkan lembaga kompeten. Membuka lahan pertanian baru di luar Jawapun bisa juga menjadi alternatif. Dimana Indonesia mempunyai Para Perguruan Tinggi pasti paham dan mengetahui kondisi lahan yang pas untuk bertanam kedelai. Daerah kita ada lahan-lahan ideal untuk tanaman kedelai . Padahal soal rasa kedelai lebih enak lokal lebih gurih dan jelas lebih sehat.
    -> Ada istilah yang sangat merendahkan seperti “janganlah menjadi bangsa bermental tempe”. Padahal sejatinya makanan ini beserta temannya “tahu” mempunyai kandungan gizi yang baik dan sangat berguna bagi tubuh. Memang jauh citranya dengan roti misalnya yang berbahan tepung terigu dan gandum.
    -> Tempe selalu identik dengan kedelai. Memang Tempe itu asli buatan Indonesia tapi kedelai tidak , kedelai itu bawaan dari China yang kemudian juga dibuat tahu. Padahal Dulu, tempe dibuat dari satu jenis kacang khas Indonesia, yang dikenal dengan nama kara, atau koro dalam bahasa Jawa. Menurut Prof Dr Achmad Subagio MAgr, seorang pakar pertanian. “ Sudah saatnya Indonesia kembali mengonsumsi tempe kara seperti dulu, mengingat semakin meroketnya harga kedelai di pasaran”.

  33. Sejumlah pihak akhir-akhir ini menyampaikan pandangannya melalui media tentang urgensi impor kedelai oleh Bulog dalam rangka melindungi petani dan membantu pencapaian swasembada kedelai 2014. Menurut mereka, ada dua manfaat penting yang didapat jika hal ini dilakukan: Pertama, memproteksi petani kedelai dengan memberikan harga jual yang pantas. Selama ini, disinyalir kedelai dalam negeri selalu terjual dengan harga murah.

    Penyebabnya, kedelai-kedelai impor selalu membanjiri pasaran saat panen tiba dan para pengimpor swasta tidak peduli dengan hal itu. Bila Bulog yang mengimpor, harga kedelai petani akan terproteksi karena kedelai impor tak bisa bebas begitu saja dilempar ke pasar.

    Stok kedelai di gudang Bulog akan menjadi bumper bila ada permainan harga kedelai saat musim panen. Kedua, insentif bagi petani yang menanam kedelai. Karena, Bulog akan menjamin adanya pasar kedelai bagi para petani lokal dan membayar harga jual yang wajar terhadap produksi mereka.

    Sehubungan dengan itu, pertanyaan yang menarik untuk diajukan adalah apa benar dengan menjadikan Bulog sebagai importir kedelai, kedua manfaat yang dikemukakan tersebut di atas bisa terwujud?
    Impor yang dilakukan oleh Bulog bisa membantu harga di tingkat petani hanya jika Bulog melakukan itu, karena menjalankan tugas public service obligation (PSO) yang dibebankan negara kepadanya.
    Saat ini fungsi PSO Bulog hanya ditujukan untuk petani padi, yakni dengan cara membeli pada harga pembelian pemerintah (HPP) ketika panen raya dan menyerap gabah/beras yang dibeli tersebut sebagai stok cadangan Bulog.

    Dalam konteks mengefektifkan pelaksanaan PSO tersebut, Bulog juga diperkenankan impor untuk mencukupi cadangan berasnya jika sumber domestik tidak memadai untuk memenuhi stok cadangan tersebut. Dan, impor ini dilakukan semata-mata dalam rangka untuk memudahkan Bulog menjalankan fungsi PSO-nya tersebut.

    Tugas menjalankan fungsi PSO ini adalah tugas negara yang dibebankan kepada Bulog. Sehingga, anggaran yang dikeluarkan untuk membeli beras petani pada harga HPP ketika panen raya dibebankan pada APBN. Besarnya anggaran serta pengawasan penggunaannya disetujui dan dipantau oleh DPR RI.

    Sekali lagi, dalam kasus komoditas padi kita sepakat bahwa impor yang dilakukan Bulog bisa dikatakan dalam rangka menolong harga di tingkat petani. Tetapi, kita tidak bisa mengatakan bahwa impor kedelai oleh Bulog akan indentik dengan perlindungan terhadap petani kedelai. Karena saat ini, peran PSO ini tidak dilakukan untuk kedelai. PSO hanya untuk komoditas padi (gabah/beras).

    Artinya, ketika Bulog mengimpor kedelai, sesungguhnya bukan dalam rangka menjalankan fungsi PSO karena negara belum menugaskan untuk itu. Dengan kata lain impor tersebut sepenuhnya untuk tujuan menjaga profitabilitas Bulog sebagai perusahaan.

    Oleh karena itu, kita layak untuk mengkritisi pandangan yang mengatakan menyerahkan impor kedelai kepada Bulog (apalagi sampai monopoli impor seperti era Orde Baru) berimplikasi pada proteksi pada petani dan membantu pencapaian swasembada kedelai 2014. Argumentasi ini tidak mempunyai basis argumentasi yang kuat, mengapa?

    Pertama, untuk menolong petani kedelai dan memotivasi mereka berpoduksi, harga kedelai di tingkat petani seharusnya adalah 1,5 kali harga beras atau sekitar Rp 7.500 per kilogram. Padahal, harga kedelai saat ini di tingkat petani berkisar Rp 5.000-an. Dalam kondisi itu kalau kita ingin meningkatkan harga petani sehingga menjadi insentif untuk berproduksi, yang diperlukan bukanlah kebijakan impor oleh Bulog, tetapi kepastian harga jual saat panen, yakni berupa kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang di-back-up APBN.

    Tanpa kebijakan HPP yang di-back-up oleh APBN, bagaimana mungkin kita bisa percaya Bulog bisa menjadi sangat dermawan mau menyubsidi harga jual di tingkat petani sebesar Rp 2.500 per kilogram, dari mana uangnya? Sebagai contoh, untuk menjalankan fungsi PSO beras, Bulog didanai negara triliunan rupiah melalui APBN dan bukan dari kantong Bulog sendiri.

    Kedua, teori ekonomi mengatakan impor dilakukan dalam rangka menolong konsumen, bukan produsen. Yang better off dari adanya impor adalah konsumen (para pengrajin dan pengusaha tahu tempe) karena mereka bisa mendapatkan komoditas yang lebih murah atau lebih berkualitas. Sedangkan, yang worse-off adalah produsen (petani kedelai).

    Impor kedelai bermanfaat untuk para konsumen karena bisa mendapatkan harga yang lebih murah dan pasokan yang terjamin ketika berbisnis dengan Bulog dibandingkan dengan importir swasta.

    Tetapi bagi petani kedelai, impor Bulog (apalagi kalau monopoli) sama sekali tidak akan menguntungkan mereka. Alasannya karena; Pertama, jika kedelai impor itu dilempar ke pasar, otomatis berimplikasi pada penurunan harga. Ini sudah pasti merugikan petani karena tekanan harga jual kedelai di tingkat petani.

    Kedua, jika impor tidak dilempar ke pasar ketika petani sedang panen raya, dampaknya harga kedelai di tingkat konsumen memang akan naik. Tetapi, permasalahannya sebagaimana umum terjadi pada produk-produk pangan di negara berkembang, termasuk Indonesia, harga kedelai ketika turun di tingkat konsumen akan menyebabkan harga yang turun pula di tingkat petani. Tetapi, sebaliknya ketika harga kedelai naik di tingkat konsumen, sangat sulit untuk ditransmisikan ke tingkat petani. Atau dengan kata lain, kenaikan harga di tingkat konsumen tidak berdampak pada kenaikan harga di tingkat petani.

    Inilah mengapa kemudian memproteksi petani kecil yang posisi tawarnya lemah tidak bisa melalui mekanisme pasar, tetapi harus melalui intervensi negara. DPR dan pemerintah harus memberikan payung hukum yang jelas bagi Bulog untuk menjalankan peran PSO-nya pada kedelai yang di-back-up oleh APBN. Baru setelah amanah PSO itu diterima Bulog, kita bisa lebih optimis bahwa impor kedelai bisa berimplikasi pada proteksi petani kedelai.

  34. DIMAS REDITYA LAKSMANA PUTRA berkata:

    Nama : Dimas Reditya Laksmana Putra
    NIM : 125100318113010
    TIP – UB Kampus IV Kediri

    Sumber : http://m.tribunnews.com/bisnis/2013/09/10/keterbatasan-lahan-jadi-alasan-pemerintah-impor-kedelai

    “Alasan pertama karena luas wilayah dalam mengembangkan kedelai masih minim dibandingkan negara lain” kata Enny Sri Hartati, Peneliti INDEF. Dari data litbang Kadin Indonesia pada 2013, Indonesia hanya mampu memproduksi kedelai 1,3 ton per hektare. Angka ini memang relatif lebih rendah dibandingkan produksi di Amerika Serikat yang mencapai 2,7 ton per hektare. Enny juga mengatakan tidak adanya kebijakan yang fokus untuk meningkatkan produksi dalam negeri, merupakan kebijakan yang tidak sinkron bagi para petani dalam negeri, sebab kebijakan tersebut justru membuka keran impor di saat para petani memanen hasil tanamnya.

    Dari kutipan diatas dapat diketahui beberapa penyebab dari kurangnya pemenuhan kedelai di Indonesia sehingga harus dilakukan impor kedelai. Solusi yang dapat dilakukan adalah memperluas wilayah pengembangan kedelai di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan produksi kedelai. Selain itu juga perlu dibuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dan tegas untuk meningkatkan produksi kedelai serta yang tidak merugikan petani. Karena bila petani merasa dirugikan, pasti lama kelamaan petani semakin malas dalam melakukan penanaman kedelai yang mengakibatkan produksi kedelai semakin lama semakin menurun. Jika 2 hal tersebut dapat diatasi, pasti laju impor kedelai dapat diminimalkan dan pada akhirnya Indonesia tidak perlu lagi melakukan impor, jadi tempe tidak akan menjadi makanan impor tetapi menjadi makanan rakyat.

  35. Yepi Adellya Fitri R, NIM : 125100307111018, biondustri kelas S berkata:

    Nama: Yepi Adellya Fitri R
    NIM : 125100307111018
    Bioindustri kelas S

    Tempe adalah makanan masyarakat indonesia sejak lama. Mengapa bahan baku untuk tempe (kacang kedelai) hrus import? Menurut saya hal ini dikarenakan pengusaha-pengusaha tempe tidak tertarik dengan kualitas kedelai lokal yang ukurannya lebih kecil di bandingkan kedelai import. untuk mengatasi masalah kualitas tempe lokal, pemerintah Indonesia harus turun tangan menyelesaikannya. misalnya, memberi penyuluhan kepada petani-petani kedelai tentang bertani kedelai yang baik. Sepengetahuan saya, pemerintah telah membantu petani dengan memberikan pupuk gratis, tetapi menurut saya itu tidak cukup. seperti yang kita ketahui bersama, bahwa petani-petani indonesia rata-rata minim pendidikan. maka penyuluhan tentang bercocok tanam sangat di perlukan bagi para petani. tidak hanya diberikan pupuk dan bibit, mereka juga perlu diberikan pengetahuan untuk bertani. jika hal ini benar-benar dilakukan alhasil indonesia tidak perlu lagi import kedelai.

  36. Ardi Bagas Fidiyanto berkata:

    Ardi Bagas Fidiyanto NIM 125100301111089 Bioindustri Kelas C

    Memang miris melihat kondisi negeri kita yang seperti ini, dimana pada awalnya kedelai merupakan tanaman yang sangat menghasilkan hasil pertanian melimpah. Sehubungan dengan masalah pasokan kedelai yang langka, alhasil pasokan produksi tahu dan tempe juga akan tersendat, akibatnya masyarakat akan sulit untuk mendapatkan tahu dan tempe. untuk itu maka pemerintah melakukan inisiatif untuk melakukan impor bahan baku (kedelai) dari negara lain, namun jika itu dilakukan maka hasilnya akan semakin runyam. Hal itu jika disangkut pautkan dengan kesejahteraan para petani kedelai yang ada di Indonesia. Tentu para petani kedelai Indonesia akan sulit dan bahkan kalah bersaing dengan kedelai impor yang diberikan oleh negara lain, karena harga dali kedelai impor akan lebih murah dibandingkan harga kedelai lokal.
    untuk itu sebaiknya pemerintah bukan malah mengimpor kedelai dari luar negeri, tetapi dapat melakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
    1. Pemerintah sebaiknya memberikan penyuluhan tentang penanaman kedelai yang baik dan benar, sehingga hasil pertanian yang dihasilkan petani lokal akan lebih baik dan lebih melimpah serta akan cukup untuk memenuhi stock kebutuhan kedelai di Indonesia.
    2. Pemerintah sebaiknya melakukan koordinasi yang baik dengan pihak Badan Usaha dan Logistik (Bulog) tentang penyimpanan hasil pertanian yang baik (khususnya kedelai). Kapan stock masuk, kapan stock disimpan dan kapan stock harus dikeluarkan. Dengan cara ini maka persediaan kedelai di Indonesia akan tetap terjaga dan bisa memenuhi kebutuhan pangan Indonesia.
    3. Pemerintah sebaiknya melakukan kerja sama dengan negara lain, bukan dalam hal ekspor impor kedelai, melainkan kerja sama dalam hal pertanian dan belajar dari negara lain tentang bagaimana cara menanam komoditi kedelai yang baik.
    4. Pemerintah sebaiknya memberikan lahan akomodasi khusus untuk penanaman kedelai, sehingga jika ada masalah atau kendala lain, seperti kekurangan lahan untuk menanam kedelai. sehingga jika disediakan lahan yang luas oleh pemerintah, maka komoditas kedelai di Indonesia akan melimpah dan mampu mencukupi kebutuhan pangan di negara kita.

    mungkin itu beberapa alternatif pilihan untuk mengatasi kelangkaan komoditi kedelai di Indonesia, diharapkan pemerintah tidak mengimpor kedelai dari luar negeri dan juga memperhatikan nasib rakyat Indonesia yang memiliki mata pencaharian sebagai petani kedelai.

    sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/09/17/090513968/Dapat-Izin-Impor-Koperasi-Tahu-Tempe-Kebingungan

Tinggalkan Balasan ke khoirul mahmud (115100701111018) Batalkan balasan